Zuki & Shukee (Foto: Michu OH) |
Aku kadang terlalu khawatir jika mulai sadar bahwa dia
tinggal jauh dari aku di separuh hidupnya. Bagaimana dia bisa kuat untuk jauh
dariku. Lihat saja dia! Bangun sedari subuh tadi tetap saja belum membersihkan
tempat tidurnya. Bahkan lepas saja dari laptopnya harus diingatkan waktu,
apalagi untuk urus sarapan di dapur.
Sebelum melanjutkan membaca, baiknya di tab sebelah
putar lagu ini:
Di lain hari jika aku menelfon, dia terdengar
baik-baik saja, tidak ada beban kecuali menahan suara beratnya karena rindu.
Sama seperti aku, dia juga tidak pernah bercerita banyak jika di telfon, yang
dipastikan adalah apakah aku sehat dan sekedar menanyakan kucingnya, serta
ponakannya yang masih sering berkunjung ke rumah kami.
Semalam kami habiskan waktu bercerita yang selama ini
tidak bisa diungkap lewat pesawat udara –telephone. Dia bercerita tentang
kesibukannya di rantau dan aku bercerita tentang setiaku menunggunya di rumah
ini. Dia mengikuti dengan antusias sehingga tak tahan lagi untuk terlelap depan
tv –dia habis melakukan perjalanan jauh. Aku tak mungkin lagi mengangkatnya ke
kamar seperti saat masih kecil dulu, tidak juga aku tega untuk membangunkannya.
Aku percaya anak ini tegar dan mandiri. Namun, apa
yang terjadi jika dia balik ke rumah? Dia tidak bisa jauh dari image anak
bungsu, ini-itu mesti diingatkan, diarahkan, dan dituntun. Aku masih sering
membentaknya, bersuara keras. Tapi aku tahu bahwa dia mengerti atas perlakuanku
ini.
Besok dia akan pergi lagi, jadi hari ini aku putuskan
untuk tidak beraktivitas di luar rumah. Hampir siang kami sarapan, aku yang
menyiapkan makanan dan dia mencuci pakaianku dengan sedikit dari pakaian yang
ia kenakan saat dia kesini –rumah. Dia masih bisa diandalkan untuk itu karena
ada mesin cuci.
Kami terus bercerita, rasanya semalam masih belum
cukup untuk mengobati rindu yang hanya diluapkan sekali dalam setengah tahun. Hal
yang membuatku sedih sekaligus bahagia jika dia mulai menceritakan seorang yang
cukup mengambil ruang di hidupnya di rantauannya. Saat dia mulai mencoba
menggambarkan kedalam kepalaku, aku hanya bisa senyum lirih sambil terbesit doa
yang terbaik untuk dia, semoga kamu mengenal dunia dengan baik tanpa harus
merasakan sesak –kebanyakan.
Up&up Kitten ver. (Loc: Rammang-Rammang, Maros. Foto: Michu OH) |
Aku tidak cukup tahu untuk mengungkap apa yang dia
rasakan saat sore hari tiba, meskipun tidak banyak kawan lama yang dia temui
disini, dia kan tetap menghabiskan petang di lapangan. Untung saja rumah kami
hanya bersebrangan jalan dengan lapangan jadi aku puas untuk memandanginya.
Raut wajah yang masih saja sama dari dulu jika mendapatkan moment itu, raut
wajah yang selalu membuat cemas –sesungguhnya.
Esok jika dia akan pamit untuk pergi lagi, aku hanya
ingin menjabat tangannya dan memeluknya. Selebihnya aku akan sibuk di dapur,
entah apapun yang akan ku lakukan. Aku hanya tidak ingin dia melihat
kesedihanku saat dia mulai bertolak dari rumah kami.
Dibalik kesedihanku untuk seorang anak, terdapat
semangat dan kepercayaan akan melihatnya menjadi manusia yang dipandang dunia.
Yah! Sebentar lagi dia akan kembali tidak lagi untuk dipangku, sebaliknya
kembali untuk menjawab semua harapan yang aku gantungkan kepada dia.
THX4R ©469
0 Celoteh: