Selasa, 20 Desember 2016

Editing: Film Dokumenter

Kebangetan 'Kentara Banget Editan' - Video Editing (Ilustrasi: Michu OH)

Editing tidak hanya sebatas split, fade out/in, trasition, yap masih banyak seperti: crop, video fx. Ehhh! Itu sama saja, sebatas tools standard yang hampir semua ada di aplikasi video editing, kalo salah satunya nggak ada, mendingan move ke aplikasi lain. Editing melibatkan emosi dan penunjang untuk menyampaikan apa pesan dari video yang sutradara tidak bisa sampaikan itu, misalnya lewat background music yang biasa disingkat bgm.
Terlebih dengan film documenter yang pada dasarnya adalah true story / reality yang melibatkan orang banyak dan keadaan yang tidak dibuat-buat kecuali pada beberapa bagian –biasanya hanya guyonan semata. Selebihnya adalah pure seperti kejadian. Beda dengan film fiksi, keadaan sudah diatur oleh penulis script dan sutradara. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, di film terlebih drama korea tidak ada yang tidak mungkin, maka dari itu sulit untuk ditebak ending –nya.
Oleh karena film documenter menampilkan keadaan sesungguhnya, maka mesti dikemas sebaik mungkin agar bagaimana hal tersebut menyampaikan pesan dan yang terpenting adalah bagaimana tayangan tersebut menarik untuk ditonton. Mengetahui bahwa mayoritas penikmat film documenter biasanya adalah orang yang ada dalam film itu sendiri, beda dengan fiksi. Hal tersebut menguatkan mengapa harus lebih menarik karena orang yang ada di film sebenarnya sudah mengalami sendiri dan mengetahui persis keadaan saat shooting.
Menonton film documenter biasanya mempunya tujuan yang beragam, seperti; mencari inspirasi, referensi, atau sekedar mengenang –jika yang ditonton adalah ada kita. Jika tujuannya adalah mengenang, maka kita sebagai penyusun film dokumenter dituntut untuk menampilkan hal lain dan pandangan yang berbeda dari angle kamera dari apa yang dirasakan saat moment itu ada.
Menambahkan animasi, video fx, bgm, dll adalah salah satu alternative untuk membuat video lebih hidup dan berkesan –buat gagal move on dari suatu kejadian tertangkap kamera. Yang penambahan tersebut semua orang tahu, namun dalam hal ini masih beberapa terjadi kesalahan dalam penambahan accessories video. Bukannya membuat hidup, video yang memorable menjadi rusak karena kesalahan fx atau bgm.
Misalnya:
Scene   : Adegan saling mencebur ke air
Loc      : Pantai
Bgm    : Kupu-kupu malam.
Atau...
Scene   : Doa sebelum melakukan kegiatan
Loc      : Depan posko
Bgm    : Bintang 14 Hari
Dua scene tersebut adalah contoh kesalahan extreme yang masih mungkin terjadi dalam video editing. Namun, contoh bgm scene kedua adalah yang sebaiknya tidak dipakai. Scene doa biasanya jika memungkinkan mengamabil video asli dari video tersebut, hikmat. Jika memang harus memakai bgm karena terdapat bunyi mengganggu misalnya kendaraan, pilihlah yang music yang penyemangat membangun spirit.
Pemilihan bgm yang cukup bagus untuk sebuah documenter seperti video ini berikut:

Ini juga....

Karena dalam pengambilan video documenter terjadi secara spontan dan tidak ada scenario jelas, maka biasa terjadi pengambilan video yang tidak layak masuk film, maka split and cut juga perlu dipertimbangkan dalam editing. Jika saja saat pengambilan video mendaki tiba-tiba dalam perjalan terekam orang membuang hajat sampah, kan itu adalah contoh tidak baik dalam tayangan film documenter.
Editing video tidak peduli film documenter ataupun film fiksi mesti memperhatikan detil video per detik –nya, demi hasil yang maksimal. Memilih dari sudut kamera mana yang diambil dan di render adalah kerjaan editor.


“Pada dasarnya editor adalah orang yang terbiasa dengan pilihan dan seleksi”
#INIAPA #random


Nah! Sudah bisa mengolah film documenter? Jadi kapan rendering / export media?

THX4R ©469
Previous Post
Next Post

0 Celoteh: