Kamis, 05 September 2019

From Topejawa with BPM 2019


From Topejawa with BPM 2019 (Michu OH)
Memori Biologi Peduli Masyarakat (BPM) tahun 2014 HIMABIO masih tergambar jelas diingatan para panitia serta semua partisipannya, kegiatan yang diadakan di kota Latememmala ini digadang salah satu kegiatan terbesar dan tersukses diantara kegiatan-kegiatan HIMABIO beberapa tahun terakhir, kemudian tidak ada lagi kegiatan BPM atau yang serupa diadakan hingga empat tahun kedepan, durasi yang lebih lama dibanding event Piala Dunia, FIFA World Cup.

BPM sendiri adalah kegiatan mahasiswa yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, hal yang membuat saya ikut berpartisipasi pada kegiatan ini saat masih hijau (maba, re), yakni karena tujuannya mulia, tertuang dalam blog saya From Soppeng with BPM. Pengetahuan tentang teknologi tepat guna yang sesuai dengan bidang keilmuan penyelenggara (Biologi, re) yang dirasa tepat untuk daerah tujuan guna mengatasi masalah, memaksimalkan dan memanfaatkan potensi daerah. Teknologi yang diajarkan diantaranya virgin coconut oil untuk daerah yang melimpah dengan kelapa, pemeliharaan ikan tambak, ataupun verticulture menjadi sasaran utama. Tidak ketinggalan pengembangan pengetahuan masa kini seperti pengetahuan jurnalistik, seni, ataupun lingkungan.
Setelah sukses dengan BPM 2014, selanjutnya terlibat dalam kepanitiaan seperti menjadi sebuah candu, terlebih jika berbicara tentang BPM lagi. Namun, tidak hanya sukses, BPM juga melukiskan perjuangan penuh darah dalam pelaksanaanya. Hal ini membuat para pejuang BPM sepertinya kesulitan untuk mengajak mereka yang baru (maba, re) untuk berjuang kembali mengadakan di tahun selanjutnya. Hmmmmmmmmmm angkatan siapa sih? :/
Perdebatan tentang pelaksanaan BPM seakan menjadi acara tahunan yang diadakan dalam forum rapat kerja empat kepengurusan berturut-turut. Kebanyakan dari mereka yang pro mengadakan adalah mereka yang sempat merasakan atmostfer berbagi dengan masyarakat Soppeng, disisi lain mereka juga tidak masuk dalam kepengurusan, so? apa yang mau dipusingkan? Gagal juga tanggungjawab pengurus himpunan. HAHAHAHA! Nah! Yang kontra kadang dari pengurus himpunan yang mengkhawatirkan nasib persiapan the biggest event of ...... , BODY. Baru pada tahun 2019, BPM kembali diputuskan untuk menjadi salah satu program kerja himpunan. Yeay! Salut nih buat pengurus 2019 dan maba 2018. Behiiikkk.
Kerinduan akan BPM ternyata menembus waktu hingga 60 bulaaaaaaaan lamanya. Kegiatan ini disambut suka cita oleh pejuang BPM 2014. Oh iya, ini tahun terakhir mereka yang masih tersisa di kampus, segera expired. Sedangkan mereka yang maba pada masa itu, tenang~ masih ada sepasang semester. Benang merah! Okay! Tidak hanya disambut, terdapat juga kunjungan mantan pejuang BPM. Susah didefenisikan dengan kata-kata, kenangan apa sih yang mereka dapatkan di bumi Latememmala kemarin. Hmmm....
What’s new in BPM 2019? Apa sih yang baru?
Fajjing? Ada kok di BPM 2014 kemarin!
Kak Nur(jayanti)? Barang lama juga itu..
Saya? Yang nulis ini > klik berhadiah kenangan<siapa?
Oh! Banyak kok yang baru, 1) Napas, Topejawa, Takalar adalah daerah pesisir, jadi beda 182 derajat dengan Soppeng yang satu kabupaten sedikitpun tidak bersentuhan dengan air asin. 2) Partisipan, hanya sedikit sekali yang masih sempat berkunjung dari sisa BPM 2014, semua sudah sukses di luar sana. 3) Program Pelatihan, beda daerah tentu beda potensi yang akan dikembangkan, kecuali pada aspek jurnalistik, seni, dan lingkungan tentu menjadi hal yang menarik setiap daerah. 4) Isi blog, ini bukan laporan pertanggunjawaban kepantiaan jadi saya menulis sesuai kesempatan saja. 5) Oh iya! Peserta, jika BPM sebeumnya terdapat pelatihan ke SMA dimana panitia dapat menambah koleksi kecengan, kali ini pelatiahannya ke Sekolah Dasar, Pedofil! You turn! Ahak!
Pernah disini, Topejawa (Michu OH)

Anak indie seutuhnya (Michu OH)


Sebenarnya dalam draft saya terdapat catatan “Sekilas tentang Topejawa, Takalar” tapi untuk mendeskripsikan tanpa sedikit riset kiranya akan kurang lengkap. Apalagi pembaca blog ini akan segera melunjak (grafiknya, go......blogg... er Indonesia!!) jadi dituliskan di lain kesempatan. Takutnya akan jadi pencarian terpopuler di google, dan dijadikan oleh umum sebagai sumber premier, padahal kan...... $$@((*^(*%
Untuk menutupi ketiadaan materi tersebut, saya sudah buat video sekilas dengan judul Things to do in Topejawa feat BPM 2019” di Instagram saya. Dalam video tersebut saya memaparkan yang saya lakukan selama berkunjung ke BPM  2019, seperti ikut briefing, nongkrong bernyanyi sambil menikmati udara pesisir, makan ikan  juga, membawakan materi, berburuh sunset, jadi anak indie seutuhhnya.

MY NOTES
Penyajian materi sebagai bentuk pengembalian jasa lembaga (Michu OH)
“BPM 2014 dan BPM 2019 punya banyak persamaan dan perbedaan yang sudah tertuang dalam tulisan ini. Perbedaan itu akan terasa jelas saat anda pernah menjadi partisipan yang baru menimbah ilmu (2014) kemudian hadir lagi untuk mengembalikan jasa lembaga, memberikan ilmu (2019), tidak menjadi egois dalam berlembaga”
BPM 2019 menjadi bahan untuk me-refresh ingatan sekaligus mejadi bahan refleksi bahwa kegiatan besar tidak mustahil untuk dilakukan jika punya semangat. Pada tahun-tahun berikutnya, akan terus ada inovasi dalam pengabdian kepada masyarakat, BPM adalah salah satu potensi yang dapat berkembang lebih besar lagi, tentunya dengan orang-orang hebat yang telah dan yang akan melaluinya.

THX4R ©469

Previous Post
Next Post

0 Celoteh: