From Topejawa with BPM 2019 (Michu OH) |
Memori Biologi Peduli
Masyarakat (BPM) tahun 2014 HIMABIO masih tergambar jelas diingatan para
panitia serta semua partisipannya, kegiatan yang diadakan di kota Latememmala ini digadang salah satu
kegiatan terbesar dan tersukses diantara kegiatan-kegiatan HIMABIO beberapa
tahun terakhir, kemudian tidak ada lagi kegiatan BPM atau yang serupa diadakan
hingga empat tahun kedepan, durasi yang lebih lama dibanding event Piala Dunia, FIFA World Cup.
BPM sendiri adalah
kegiatan mahasiswa yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, hal yang
membuat saya ikut berpartisipasi pada kegiatan ini saat masih hijau (maba, re),
yakni karena tujuannya mulia, tertuang dalam blog saya From Soppeng with BPM. Pengetahuan tentang teknologi tepat guna yang
sesuai dengan bidang keilmuan penyelenggara (Biologi, re) yang dirasa tepat
untuk daerah tujuan guna mengatasi masalah, memaksimalkan dan memanfaatkan
potensi daerah. Teknologi yang diajarkan diantaranya virgin coconut oil untuk
daerah yang melimpah dengan kelapa, pemeliharaan ikan tambak, ataupun verticulture menjadi sasaran utama.
Tidak ketinggalan pengembangan pengetahuan masa kini seperti pengetahuan
jurnalistik, seni, ataupun lingkungan.
Setelah sukses dengan
BPM 2014, selanjutnya terlibat dalam kepanitiaan seperti menjadi sebuah candu,
terlebih jika berbicara tentang BPM lagi. Namun, tidak hanya sukses, BPM juga
melukiskan perjuangan penuh darah dalam pelaksanaanya. Hal ini membuat para
pejuang BPM sepertinya kesulitan untuk mengajak mereka yang baru (maba, re)
untuk berjuang kembali mengadakan di tahun selanjutnya. Hmmmmmmmmmm angkatan
siapa sih? :/
Perdebatan tentang
pelaksanaan BPM seakan menjadi acara tahunan yang diadakan dalam forum rapat
kerja empat kepengurusan berturut-turut. Kebanyakan dari mereka yang pro mengadakan adalah mereka yang sempat
merasakan atmostfer berbagi dengan masyarakat Soppeng, disisi lain mereka juga
tidak masuk dalam kepengurusan, so?
apa yang mau dipusingkan? Gagal juga tanggungjawab pengurus himpunan. HAHAHAHA!
Nah! Yang kontra kadang dari pengurus himpunan yang mengkhawatirkan nasib
persiapan the biggest event of ......
, BODY. Baru pada tahun 2019, BPM kembali diputuskan untuk menjadi salah satu
program kerja himpunan. Yeay! Salut nih buat pengurus 2019 dan maba 2018.
Behiiikkk.
Kerinduan akan BPM
ternyata menembus waktu hingga 60 bulaaaaaaaan lamanya. Kegiatan ini disambut
suka cita oleh pejuang BPM 2014. Oh iya, ini tahun terakhir mereka yang masih
tersisa di kampus, segera expired.
Sedangkan mereka yang maba pada masa itu, tenang~ masih ada sepasang semester.
Benang merah! Okay! Tidak hanya disambut, terdapat juga kunjungan mantan
pejuang BPM. Susah didefenisikan dengan kata-kata, kenangan apa sih yang mereka
dapatkan di bumi Latememmala kemarin.
Hmmm....
What’s new in BPM 2019? Apa sih yang baru?
Fajjing? Ada kok di BPM 2014 kemarin!
Kak Nur(jayanti)? Barang lama juga itu..
Saya? Yang nulis ini > klik berhadiah kenangan<siapa?
Oh! Banyak kok yang
baru, 1) Napas, Topejawa, Takalar adalah daerah pesisir, jadi beda 182
derajat dengan Soppeng yang satu kabupaten sedikitpun tidak bersentuhan dengan
air asin. 2) Partisipan, hanya sedikit sekali yang masih sempat berkunjung
dari sisa BPM 2014, semua sudah sukses di luar sana. 3) Program Pelatihan, beda
daerah tentu beda potensi yang akan dikembangkan, kecuali pada aspek
jurnalistik, seni, dan lingkungan tentu menjadi hal yang menarik setiap daerah.
4) Isi
blog, ini bukan laporan pertanggunjawaban kepantiaan jadi saya menulis
sesuai kesempatan saja. 5) Oh iya! Peserta, jika BPM sebeumnya terdapat
pelatihan ke SMA dimana panitia dapat menambah koleksi kecengan, kali ini pelatiahannya ke Sekolah Dasar, Pedofil! You turn! Ahak!
Pernah disini, Topejawa (Michu OH) |
Anak indie seutuhnya (Michu OH) |
Sebenarnya dalam
draft saya terdapat catatan “Sekilas tentang Topejawa, Takalar” tapi untuk
mendeskripsikan tanpa sedikit riset kiranya akan kurang lengkap. Apalagi
pembaca blog ini akan segera melunjak (grafiknya, go......blogg... er
Indonesia!!) jadi dituliskan di lain kesempatan. Takutnya akan jadi pencarian
terpopuler di google, dan dijadikan oleh umum sebagai sumber premier, padahal kan...... $$@((*^(*%
Untuk menutupi
ketiadaan materi tersebut, saya sudah buat video sekilas dengan judul “Things to do in Topejawa feat BPM 2019” di Instagram saya. Dalam video tersebut saya memaparkan yang saya
lakukan selama berkunjung ke BPM 2019,
seperti ikut briefing, nongkrong bernyanyi sambil menikmati udara pesisir,
makan ikan juga, membawakan materi,
berburuh sunset, jadi anak indie seutuhhnya.
MY
NOTES
Penyajian materi sebagai bentuk pengembalian jasa lembaga (Michu OH) |
“BPM 2014 dan BPM 2019 punya banyak persamaan dan
perbedaan yang sudah tertuang dalam tulisan ini. Perbedaan itu akan terasa
jelas saat anda pernah menjadi partisipan yang baru menimbah ilmu (2014)
kemudian hadir lagi untuk mengembalikan jasa lembaga, memberikan ilmu (2019), tidak
menjadi egois dalam berlembaga”
BPM 2019 menjadi
bahan untuk me-refresh ingatan
sekaligus mejadi bahan refleksi bahwa kegiatan besar tidak mustahil untuk
dilakukan jika punya semangat. Pada tahun-tahun berikutnya, akan terus ada
inovasi dalam pengabdian kepada masyarakat, BPM adalah salah satu potensi yang
dapat berkembang lebih besar lagi, tentunya dengan orang-orang hebat yang telah
dan yang akan melaluinya.
THX4R ©469
0 Celoteh: